Selasa, 07 April 2015

KONFLIK PERBATASAN ANTARA CHAD-LIBYA (STUDI KASUS JALUR AOUZOU)

KONFLIK PERBATASAN ANTARA CHAD – LIBYA
(STUDI KASUS JALUR AOUZOU)



RADITYA SURYA   1511200
PUTRA ALAM          1511200
NIKITA ROSALIA   151120017
PRISKA SEPTIANISA 151120023
JESSICA FABIONE 151120032
MARIALA ARIDYNA 1511200

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERAN YOGYAKARTA
2015



A.    LATAR BELAKANG
Konflik perbatasan antara Chad dan Libya merupakan sebuah konflik militer sporadis yang terjadi di wilayah bagian utara Chad yang berbatasan langsung dengan wilayah Negara Libya, daaerah ini dikenal dengan jalur Aozou. Konflik ini berlangsung selama kurang lebih sepuluh tahun, mulai dari tahun 1978 sampai tahun 1987. Awal permasalahan konflik perbatasan ini adalah Perang Saudara Chad di Chad utara pada tahun 1968, dimana terdapat intervensi Libya yang cukup signifikan. Perang saudara ini terjadi antara kaum muslimin dan kaum nasrani Chad. Intervensi Libya didorong oleh adanya rasa solidaritas atas nama kesamaan etnis dan agama, Libya memberikan dukungan dan bantuan kepada muslim Chad yang mendominasi jalur Aozou. Tidak hanya sekedar ingin mendukung, dalam perkembangannya ternyata Libya mulai berupaya mengklaim jalur Aozou. 
Awal mula terlibatnya militer dalam perang ini dimulai tahun 1978, dimana Libya memberikan bantuan pelindung, artileri, angkatan udara dan infantri, dan mengambil bagian terbesar dalam mengamati dan berperang. Latar belakang ini akhirnya berubah pada tahun 1986, saat perang akan berakhir, pasukan Chad seluruhnya bersatu dan merebut Chad Utara. Setelah terebutnya Chad Utara , Libya dan Chad terlibat dalam Perang Toyota dimana dalam konflik ini menggunakan mobil – mobil Toyota sebagai kendaraan perangnya. Pasukan Libya dapat dikalahkan dan dipukul mundur oleh Chad, dan juga mengakhiri konflik ini.
Alasan keikutsertaan Libya dalam hal ini adalah presiden Muammar Al-Gaddafi yang berkuasa tahun 1969 dalam konflik di Chad adalah ambisinya atas daerah Jalur Aouzou, bagian paling utara Chad yang diklaim sebagai bagian dari Libya berdasarkan sebuah perjanjian yang belum disahkan pada saat periode kolonial. Pada tahun 1972, ambisi Libya untuk menguasai Jalur Aouzou terwujud , dimana didirikannya negara bagian republik Islam di bawah naungan Libya, yang akan membawa hubungan dekat dengan Libya, dan mengambil alih Jalur Aouzou, mengusir kekuasaan Perancis dari daerah itu, dan menggunakan Chad sebagai tempat untuk memperluas kekuasaannya di Afrika Tengah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah :
1.      Apa penyebab utama konflik perbatasan Chad – Libya di tahun 1978 sampai 1987 ?
2.      Bagaimana upaya penyelesaian konflik perbatasan Chad – Libya melalui Mahkamah Internasional ?





















C.     PEMBAHASAN

                               I.            Perang Saudara di Chad tahun 1968
Chad merupakan sebuah negara yang terletak di Afrika Tengah. Di bagian utara negara ini berbatasan langsung dengan Libya , di bagian selatan Republik Afrika Tengah , sebelah barat berbatasan dengan Niger dan sebelah timur berbatasan dengan Sudan. Negara Chad dijuluki dengan jantung mati Afrika, karena di sebagian besar kawasan ini beriklim gurun. Chad merupakan negara jajahan Perancis pada masa Perang Dunia II, kolonialisasi ini berlangsung lama hingga tahun 1960 negara Chad merdeka dengan Francois Tombalbaye sebagai presiden terpilih pertamanya.
Pasca kemerdekaan , kondisi keamanan di Chad tidak stabil. Berbagai konflik pertikaian yang menyangkut SARA terjadi di beberapa tempat. Umumnya melibatkan warga Arab Muslim di wilayah utara dengan warga Nasrani di wilayah bagian selatan. Penduduk muslim merasa tidak puas dengan kepemimpinan Presiden Francois Tombalbaye. Perang Sipil Pertama Chad dimulai pada tahun 1965 dan berakhir pada tahun 1979 , dengan kerusuhan dan pemberontakan melawan pemerintahan Presiden Chad François Tombalbaye, yang dikenal untuk otoritarianisme dan ketidakpercayaan demokrasi. Keikutsertaan Libya dalam konflik ini ialah berawal dari pemberontakan yang terjadi di tahun 1968 yang mellibatkan warga  Muslim di Chad terhadap Presiden Chad Francois Tombalbaye. Selalu ada hubungan kuat di daerah perbatasan Chad dan Libya, sehingga Raja Libya Idris I merasa perlu untuk memberikan bantuan kepada FROLINAT ( Muslim ), dan juga untuk mempertahankan hubungan baik dengan Chad dan pelindungnya yakni Perancis. Raja Libya Idris I membatasi bantuannya dengan hanya memberikan tempat perlindungan untuk pemberontak muslim dan bantuan logistik , tidak memberikan bantuan senjata.
Namun, hal ini berubah seiring terjadinya kudeta pada 1 September 1969 di Libya. Kudeta ini melengserkan Raja Idris I , sehingga Muammar Qaddafi naik tahta. Lalu , Qaddafi mengklaim bahwa Jalur Aouzou merupakan bagian dari wilayahnya berdasarkan perjanjian yang belum disahkan oleh Perancis dan Italia tahun 1953.  Pengklaiman ini sudah dinyatakan pada tahun 1954, disaat Raja Libya Idris I mencoba untuk menduduki jalur Aouzou, tetapi pasukannya dapat dikalahkan oleh tentara Perancis.


                            II.            Konflik Jalur Aouzou Tahun 1978 – 1987
Keikutsertaan Libya dalam konflik Chad karena Presiden Muammar Al-Gaddafi yang berkuasa tahun 1969 berambisi atas daerah Jalur Aouzou, bagian terutara Chad yang diklaim sebagai bagian dari Libya berdasarkan sebuah perjanjian yang belum disahkan pada saat pemerintahan kolonial. Dalam rentang waktu kurang lebih sepuluh tahun masa konflik antara Chad dan Libya, terjadi beberapa peristiwa penting diantaranya :
·         Pendudukan Jalur Aozou
Keikutsertaan Libya di Chad mulai terlihat pada tahun 1968, selama periode Perang Saudara Chad dan pemberontak Muslim FROLINAT melaksanakan perang gerilya terhadap Presiden Chad, Francois Tombalbaye yang beragama Kristen di daerah utara Chad, yaitu di Prefektur BET. Selalu ada hubungan kuat di daerah perbatasan Chad dan Libya, oleh karena itu Raja Libya Idris I merasa perlu untuk memberikan bantuan kepada FROLINAT. Namun Raja Idris juga merasa perlu mempertahankan hubungan baik dengan Chad dan Perancis. Sehingga Raja Libya Idris I membatasi bantuannya dengan hanya memberikan tempat perlindungan untuk pemberontak FROLINAT dan bantuan logistik, tidak memberi bantuan berupa senjata. Namun kondisi ini berubah setelah berakhirnya kekuasaan Raja Libya Idris I yang digantikan oleh Presiden Muammar Gaddafi. Presiden Muammar Gaddafi mengklaim Jalur Aouzou di daerah Chad Utara.
Chad dibawah pemerintahan Malloum, merupakan ancaman bagi kekuasaan Muammar Gaddafi di jalur Aozou serta pengaruhnya di Chad. Presiden Muammar Gaddafi kembali memberikan bantuan kepada FROLINAT. Sementara di internal FROLINAT sendiri terjadi perpecahan. FROLINAT pro Libya dipimpin oleh Oueddei sedangkan yang kontra Libya dipimpin oleh Habre. Presiden Muammar Gaddafi yang cenderung ofensif, juga mulai melakukan serangan di Chad tengah yang dibantu pasukan FROLINAT pro Libya. Akibat isu yang mengatakan Jalur Aozou digunakan oleh Libya sebagai markas untuk intervensi lebih dalam di Chad, Malloum membawa kasus pendudukan Aozou ke PBB dan Organisasi Kesatuan Afrika. Malloum juga membutuhkan sekutu baru, oleh karena itu ia bernegosiasi dengan FROLINAT kontra Libya.
Persetujuan Malloum dan Habre dianggap oleh Gaddafi sebagai ancaman serius atas pengaruhnya di Chad, dan reaksi dari Libya adalah peningkatan intervensi Libya di Chad. Untuk pertama kalinya terjadi intervensi aktif pasukan angkatan darat Libya malalui serangan - serangan terhadap pos - pos yang dimiliki pemerintah Chad di daerah utara Chad. Serangan - serangan ini berhasil, Goukouni dan orang Libya menguasai seluruh Prefektur BET. Reaksi Malloum atas serangan Goukouni dan Gaddafi adalah memutuskan hubungan diplomatik dengan Libya pada tanggal 6 Februari 1978 dan melaporkan kepada PBB tentang intervensi Libya. Isu tentang pendudukan Jalur Aouzou oleh Libya pun muncul lagi, namun, pada tanggal 19 Februari 1978, setelah jatuhnya Faya, Malloum terpaksa menerima gencatan senjata dan menarik tuntutannya. Gencatan senjata dapat tercapai karena Libya telah menghentikan serangan Goukouni, selain itu Chad mendapat tekanan dari Perancis. Malloum dan Gaddafi kembali membuka hubungan diplomatik pada tanggal 24 Februari 1978 di Sebha Libya dan sebuah konferensi internasional sedang diadakan. Namun, beberapa hari setelah gencatan senjata, Goukouni menyerbu ibukota Chad. Dalam pertempuran yang berlangsung dua hari, dengan bantuan pasukan Perancis, Chad dapat memukul mundur FROLINAT. Hanya beberapa bulan setelah serangan yang gagal terhadap ibu kota Chad N’Djamena, pertikaian dalam FROLINAT menghancurkan kesatuan FROLINAT serta melemahkan kekuasaan Libya di Chad.
·         Intervensi Libya
Berawal dari Konferensi perdamaian Internasional di Nigeria, disetujui terbentuknya pemerintahan baru Chad. Kondisi Chad dengan pemerintahan baru ini tidak berlangsung menjadi aman dan tanpa ancaman. Masih ada kelompok yang merasa tidak puas dan berusaha merebut kekuasaan pemerintah. Hal ini memaksa Goukouni menjalin persahabatan dengan Libya. Perjanjian persahabatan memberi Libya tangan yang bebas di Chad, mengesahkan kehadirannya di Chad, hal ini terutama jelas dalam pasal pertama perjanjian itu yang tertulis bahwa kedua negara menjalankan pertahanan yang menguntungkan.

·         Mundurnya Libya
Terjadi perselisihan pada bulan Oktober di antara legiuner Islam Gaddafi dan pasukan Goukouni, dan isu bahwa Acyl merencanakan kudeta untuk menguasai kepemimpinan GUNT, Goukouni meminta pada tanggal 29 Oktober 1981 untuk menarik mundur tentara Libya dari Chad, dimulai dari ibukota, yang akan selelsai pada tanggal 31 Desember 1981. Orang Libya akan digantikan oleh pasukan Inter-Afrika Organisasi Kesatuan Afrika. Presiden Muammar Gaddafi menuruti dan pada tanggal 16 November semua pasukan Libya meninggalkan Chad, dan dilakukan distribusi pasukan kembali di Jalur Aouzou.
Pasca kemunduran Libya dari Chad, kondisi Chad masih dalam ketegangan. Situasi yang memanas ini disebabkan berbagai peristiwa perang saudara. Dimulai dengan pertempuran oleh pasukan Habre yang berusaha merebut pemerintahan. Rezim GUNT tidak tinggal diam serangan Habre dibalas dan tindakan ini didukung Libya, kembali Libya secara perlahan mulai ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Chad. Melihat keadaan ini, Perancis yang sebelumnya mulai menjauh kembali mendekat, Perancis dengan alasan ingin membasmi pemberontak dan menghilangkan pengaruh Libya di Chad, kemudian melakukan serangan yang dikenal dengan operasi Manta pada awal tahun 1984.
Relasi Chad-Libya yang bermula dari konflik perbatasan dan meluas ke dalam masalah intervensi Libya yang terlalu jauh tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran Perancis. Setelah melakukan operasi Manta, dengan menyetujui usul Muammar Gaddafi untuk sama-sama mundur dari Chad dalam rangka perdamaian, Perancis marik mundur pasukannya.
Selama periode antara tahun 1984 dan tahun 1986, tidak ada pertempuran. Situasi tenang ini berakhir ketika Libya melakukan agresi untuk kesekian kalinya. Pada tanggal 14 Februari, Operasi Epervier dimulai, membawa 1.200 tentara Perancis dan beberapa skuadron Jaguars di Chad. Agresi Perancis memaksa Libya melakukan balas dendam, Libya kemudian menyerang balik melalui perang Tibesti. Dalam perang ini Libya menderita kerugian. Rupanya Libya masih belum ingin menyerah, perlawanan terakhir melalui perang Toyota. Kali ini musuh utama yang dihadapi adalah pemerintah Chad sendiri yang berhasil menggulingkan kekuasaan pemerintah sebelumnya yang pro Libya. Dan dalam perang ini sekali lagi Libya mengalami kerugian dan menyetujui gencatan senjata.

                         III.            Upaya Mahkamah Internasional Dalam Mengatasi Konflik Jalur Aozou
Mahkamah Internasional merupakan organisasi hukum utama PBB yang bertugas memeriksa perselisihan atau sengketa antar negara dan memutuskan kasus hukumnya. Keputusan yang diberikan Mahkamah Internasional bersifat mengikat pihak yang bersengketa, sehingga negara yang bersangkutan wajib memenuhi keputusan tersebut. Apabila negara yang bersengketa tidak menjalankan kewajiban tersebut, negara lawan sengketa dapat mengajukan permohonan kepada Dewan Keamanan PBB yang memiliki kewenangan untuk merekomendasikan agar keputusan itu dilaksanakan. Tugas lain dari Mahkamah Internasional adalah memecahkan masalah yang ada diantara kedua Negara yang sedang mengalami bentrok  yang tak terselesaikan. Keputusan Mahkamah Internasional terkadang ada yang menguntungkan dan ada yang tidak,meskipun keputusan tersebut ada yang merugikan salah satu pihak Negara tersebut harus mengakui karena keputusan dari mahkamah internasional bersifat paten dan tidak bias diganggu gugat dan apa bila ada Negara yang memprotes, maka Negara tersebut akan terkena sanksi. Maka dari itu lebih baik menuruti hasil yang telah ditetapkan oleh mahkamah internasional.
Ketika terdapat banyak pelanggaran gencatan senjata, insiden yang terjadi relatif kecil. Kedua pemerintahan dengan segera memulai manuver diplomatik untuk membawa kepada sisi mereka opini dunia atas kasus ini, bahwa konflik ini berlanjut. Pemerintahan Reagan melihat bahwa pembukaan konflik ini adalah kesempatan terbaik untuk menurunkan Gaddafi. Relasi antara kedua negara terus menerus membaik, dengan Gaddafi memberi tanda bahwa ia menginginkan untuk menormalisasikan relasi dengan pemerintah Chad, menuju poin pengakuan bahwa perang itu telah menjadi sebuah kesalahan. Pada bulan Mei tahun 1988, pemimpin Libya menyatakan bahwa ia akan mengakui Habré sebagai presiden Chad "sebagai hadiah untuk Afrika"; hal ini memimpin ke arah pembukaan kembali relasi diplomatik antara kedua engara pada tanggal 3 Oktober. Pada tanggal 31 Agustus 1989, Chad dan Libya bertemu di Aljazair untuk menegosiasikan Kerangka Pesetujuan dalam Perdamaian atas Perselisihan Teritori. Gaddafi setuju untuk mendiskusikan dengan Habré tentang jalur Aouzou dan untuk membawa hal ini ke Mahkamah Internasional untuk menjamin kekuasaan jika pembicaraan bilateral gagal. Setelah setahun atas pembicaraan yang tidak meyakinkan, kedua belah pihak memasukan hal ini pada bulan September tahun 1990 kepada Mahkamah Internasional.
Hubungan Chad-Libya menjadi lebih baik ketika Idriss Deby yang didukung Libya menggantikan Habre pada tanggal 2 Desember. Gaddafi adalah kepala negara pertama yang mengakui rezim baru, dan ia juga menandatangani perjanjian persahabatan dan kooperasi dalam berbagai tingkat, tetapi Deby menyatakan bahwa ia akan tetap bertempur untuk menjaga jalur tersebut jauh dari tangan Libya.
Permasalahan Aouzou diakhiri dengan baik pada tanggal 3 Februari 1994 ketika hakim di Mahkamah Internasional dengan jumlah 16 banding 1 membuat Jalur Aouzou menjadi milik Chad. Pengadilan atas kasus tersebut dilaksanakan tanpa gangguan, keduanya menandatangani pada tanggal 4 April sebuah persetujuan berisi tentang implementasi pengadilan. Dengan diawasi oleh pengamat internasional, mundurnya tentara Libya dari jalur ditandai pada tanggal 15 April dan selesai pada tanggal 10 Mei. Transfer terakhir terjadi pada tanggal 30 Mei ketika kedua belah pihak menandatangani sebuah deklarasi gabungan yang menyatakan bahwa mundurnya pasukan Libya telah berhasil.










D.    KESIMPULAN
Konflik antara Chad dan Libya merupakan konflik yang memperebutkan jalur Aouzou. Jalur Aouzou diklaim sebagai wilayah yang kaya akan uranium, perselisihan atas kekuasaan daerah Aouzou antara Chad dengan Libya meyebabkan munculnya konflik. Pada tahun 1973, Libya melakukan operasi militer di Jalur Aouzou untuk mendapat akses mineral dan digunakan sebagai basis kekuasaan dalam politik Chad. Adanya perang saudara yang terjadi di Chad sehingga Libya ikut berperan untuk membantu Chad menyelesaikan perang saudara. Setelah berakhirnya perang, Chad tidak langsung aman dari konflik, muncul konflik yang disebabkan oleh tidak puasnya masyarakat terhadap pemerintahannya, Libya kemudian mengintervensi Chad.
Hubungan Chad-Libya menjadi lebih baik ketika Idriss Deby yang didukung Libya menggantikan Habre pada tanggal 2 Desember. Gaddafi adalah kepala negara pertama yang mengakui rezim baru, dan ia juga menandatangani perjanjian persahabatan dan kooperasi dalam berbagai tingkat, tetapi Deby menyatakan bahwa ia akan tetap bertempur untuk menjaga jalur tersebut jauh dari tangan Libya.
Permasalahan Aouzou diakhiri dengan baik pada tanggal 3 Februari 1994 ketika hakim di Mahkamah Internasional dengan jumlah 16 banding 1 membuat Jalur Aouzou menjadi milik Chad. Pengadilan atas kasus tersebut dilaksanakan tanpa gangguan, keduanya menandatangani pada tanggal 4 April sebuah persetujuan berisi tentang implementasi pengadilan. Dengan diawasi oleh pengamat internasional, mundurnya tentara Libya dari jalur ditandai pada tanggal 15 April dan selesai pada tanggal 10 Mei. Transfer terakhir terjadi pada tanggal 30 Mei ketika kedua belah pihak menandatangani sebuah deklarasi gabungan yang menyatakan bahwa mundurnya pasukan Libya telah berhasil.








E.     DAFTAR PUSTAKA
Clayton, Frontiersmen, hal. 98
M. Brecher & J. Wilkenfeld, A Study of Crisis, hal. 84
R. Brian Ferguson, The State, Identity and Violence, hal. 267
M. Brecher & J. Wilkenfeld, hal. 85
G. Simons, Libya and the West, hal. 56
S. Nolutshungu, hal. 327
J. Wright, Libya, Chad and the Central Sahara, hal. 130
M. Azevedo, hal. 145
Perang Saudara di Chad, http://www.bimbie.com/sejarah-perang-saudara-di-chad-.htm , diakses pada 3 April 2015
Jalur Auzou Chad-Libya, http://kampus-unimus.unimus.web.id/_b.php?_b=info&id=33979 , diakses pada 4 April 2015
Jalur Aouzou, http://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_Aouzou, diakses pada 5 April 2015
Di Libya Daerah, http://www.floridafinisher.com/pro3/Di_Libya_Daerah.html, diakses pada 5 April 2015